Produktif Menulis supaya tidak Kanibal terhadap Tulisan Orang lain

Produktif menulis Supaya tidak kanibal terhadap Tulisan Orang Lain

 

Materi bersama : Dr. Ngainun Naim

Jumat, 3 Juli 2020

Pukul                 : 19.00-21.00

Oleh                  : Nanuk Kartika, S.Pd.


            Malam ini mendapatkan pengetahuan baru dari bapak Dr. Ngainun Naim dan kegiatan ini akan dmoderatori ibu Kanjeng PGRI


      Sesuai dengan unggahan dari Omjay, Beliau akan menyampaikan bahan diskusi MARI         PRODUKTIF MENULIS.

            Jika kita sudah produktif menulis, berarti topik ini bukan topik istimewa

sekadar bahan untuk renungan bersama

            Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan.

            Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis.

            Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

            Pada pertemuan ini beliau menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS.

            Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita sekalian produktif dalam menulis, sesuai judul materi yang disampaikan. Sekalian bisa mendapatkan kunci tetapi kunci akan sebatas sebagai kunci jika tidak difungsikan.

KUNCI PERTAMA ADALAH MOTIVASI.

 Apa motivasi ?

 Motivasi menulis bisa berupa; 1 motivasi karir.

            Mencermati komposisi anggota grup ini beliau berkesimpulan bahwa menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi sebagai guru. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh.

2.  motivasi materi; menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat    terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun     jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis  justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.

3.  motivasi politik; menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu. 

4.  motivasi cinta; menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.

     Beliau menyarankan bisa memilih jenis motivasinya. Bisa juga menambah jenis motivasi di luar 4 yang disebut di atas. Namun perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan.

KUNCI KEDUA:

MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH.

            Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.

            Jika  lulusan S1, atau S2 atau S3 berarti sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Kok sekarang mengaku nggak bisa menulis. Terus yang dulu ribuah halaman itu apa yang ditulis? Maaf jika tersinggung.

            Bayangkan, saat S-1 setiap semester harus membuat makalah. Paling tidak satu semester harus membuat 10 makalah. Kalikan 10 halaman, berarti kan sudah 100 halaman. Kalikan 8 semester. Berarti kan sudah 800 halaman. Asumsinya 1000 halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi.

            Jumlah halaman pasti bertambah jika lulus S2. Total halaman yang ditulis jika sampai lulus S2 saya kira paling tidak 500 halaman. Apalagi jika sampai selesai doktor. Jelas di atas 2.500 halaman. Sekarang hitung berapa laporan penelitian yang harus di buat setiap tahun. Berapa laporan pengabdian. Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah ditulis

Mengapa kok masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Ada beberapa kemungkinan;

1. Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi.

 2 . tidak menulis karena dibuatkan orang lain.

3.  menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di          googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan.

4. begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan :

            Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang dihasilkan itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita sekalian terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya.

            Menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan.

            Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali.

            Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

Sungguh Ilmu dan motivasi yang luar biasa terima kasih Bapak


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui branding dari Pak Namin

Bersama bu Beti mengelola Kelas di Era Covid

Menulis Sebagai Goresan Inspirasi