Tanah Kelahiranku



Hasil gambar untuk Gambar ilustrasi pemandangan kampung

Fiksi 
 Rindu Masa Itu 
Oleh : Nanik Kartika,S.Pd. 
 
Hampir semalaman, aku tak bisa memejamkan mata, karena pikiranku berkecamuk, yang pasti aku bahagia, karena besok doa dan harapanku tercapai untuk pulang ke kampung halamanku. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa saja, tetapi bagiku sangat istimewa, karena 15 tahun aku tidak pernah menginjakkan kakiku di sana. 
 
Ibaratkan ronce pengantin, banyak cerita masa kecilku terangkai di sana,mulai dari kami mencari ikan di sungai,sambil menunggu padi jika musim kemarau dan panen tiba. 
 
Musim buah, kami jarang dirumah,harus berlomba dengan gelapnya malam mencari buah durian, paken (sejenis buah durian berwarna kuning), dan buah hutan lainnya, tidak pernah ada rasa takut sedikit pun. Kami lakukan dengan senang hati tanpa paksaan. Kami boleh dikatakan miskin harta, tapi kami kaya akan hasil hutan peninggalan nenek moyang kami kalau dalam bahasa Dayak Ngaju Tatu hyang. 
 
Tidak pernah ada perselisihan untuk memperebutkan semua itu, karena semua mengganggap itu milik bersama. Dikala malam tiba kami berlomba menuju ke tempat Kakek kami mendengar tentang cerita dongeng khas orang dayak. Cerita itu menurut ukuran kami lebih menarik daripada film di televisi sekarang, dan anehnya kami mampu berimajinasi dengan cerita itu. Semua khayalan itu membuat dadaku semakin sesak,seakan penyakit asmaku kambuh, segera aku bangun, karena mendengar suara ayam berkokok tanda pagi kan segera tiba. Segera aku bangkit dari tempat tidur dan menyiapkan segala kebutuhan yang dibawa kesana,termasuk oleh - oleh untuk keluargaku. 
 
" Sayang, jam berapa kita berangkat"?, ucap suamiku, dengan penuh mesra. " Sekarang saja, biar kita tidak kemalaman sampai di sana", ucapku padanya. Kami berdua pun segera berangkat, sepanjang perjalanan tidak ada lagi sesuai yang kubayangkan tadi malam, dadaku sesak melihatnya semua terlihat hanya padang pasir, dalam hatiku," Apakah kampung keadaannya juga seperti ini. 
 
Begitu sampai di kampung halaman yang kurindukan, tampak beberapa keluarga menyambut kedatanganku dan suami. Segera kukeluarkan barang - barang dari mobil, memasuki rumah yang kurindukan. 
 
Ketika pagi tiba, suasana di kampung sangat berbeda, dari 15 tahun silam, semua tempat yang ingin kulihat tampak hamparan pasir semua, begitu juga sungai tempatku bermain dan mengadu kecepatan menangkap ikan, tak terlihat lagi. 


Hasil gambar untuk gambar pemandangan desa yang asli






















Komentar

  1. Sesuatu yang inspiratif dan punya kesan dalam rasa dan fikir sulit kiranya hilang begitu saja walau sebesar biji-bijian sawi. ....mengapa. ...karena disitulah rasa fikir dan tenaga tumbuh berkembang bersama jalanan hidup kehidupan. ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, ini baru belajar pak, mohon bimbingan

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui branding dari Pak Namin

Bersama bu Beti mengelola Kelas di Era Covid

Menulis Sebagai Goresan Inspirasi